1 Status Gizi pada ibu hamil, bayi dan balita
Secara umum status gizi di desa Gunung Puyuh sangat baik, menurut penuturan Ibu Eit selaku Kader Posyandu dan Bidan Indah Amd.Keb bahwa tidak ditemukan kasus gizi kurang bahkan kasus gizi lebih di Desa Gunung Puyuh.Ini dikarenakan petugas kesehatan didaerah setempat yang selalu sigap dalam memantau status gizi pada Ibu hamil bayi dan balita.Pemantauna status gizi ini dianggap penting dilakukan Karena sebagai dasar untuk mengetahui keadaan Ibu hamil serta janin dalam kandungan tidak megalami gangguan pertumbuhan dan dapat lahir dengan berat badan yang normal. Pada umumnya status Gizi pada ibu hamil, bayi dan balita di Desa Gunung Puyuh ini cukup Baik.Hal ini diketahui dengan cara memeriksa keadaan Ibu hamil, Bayi dan balita secara menyeluruh dan berkala.Untuk pemantauan status Gizi sendiri Bidan indah Amd.keb serta Ibu Eit selaku kader Poyandu yang bertugas untuk memantau keadaan Ibu hamil, bayi dan balita dengan melakukan ANC rutin untuk ibu hamil, menimbang berat badan, lingkar lengan atas, serta memeriksa kadar Hb ibu.Sedangkan untuk bayi dan balita dilakukan pengukuran pada tinggi badana dan berat badan untuk mengetahui kecukupan gizinya.
2 Cara pengukuran Status Gizi pada Ibu hamil, Bayi dan Balita.
2.1. Cara pengukuran status Gizi pada Ibu hamil
Menurut bidan Indah Amd.keb cara pengukuran untuk mengetahui apakah ibu hamil terpenuhi gizinya atau tidak yaitu dengan cara mengukur mengukur Lingkar lengan atas dengan nilai normal yaitu 23,5 cm dan berat badan ibu selama hamil dengan kenaikan berat badan ibu pada masa hamil 10-12 kg. Penambahan ini terdiri dari:
3-4 kg janin
1,5 kg placenta dan cairan membrane
1 kg pertambahan berat uterus
0,4 penambahan payudara
1,2 kg penambahan volume darah
1,5 penambahan cairan ketuban
2,9 penambahan jaringan lemak.
Kebutuhan gizi ibu hamil akan berbeda pada tiap perkembangannya. Kehamlan memberikan kontribusi yang sangat penting bagi proses dan output persalinan. Peningkatan berat badan yang adekuat akan memperkecil terjadinya resiko terjadinya persalinan small gestational age (SGA) atau preterm.Kebutuhan peningkatan berat badan untuk setiap wanita berbeda-beda. Faktor yang mempengaruhi besarnya kebutuhan berat badan ditentukan oleh tinggi badan dan berat badan, apakah wanita tersebut memiliki berat badan normal, kurang atau lebih sebelum kehamilan.
Adapun metode yang biasa digunakan dalam menentukan kondisi berat badan dan tinggi badan adalah body mass index (BMI). Formula ini digunakan untuk menghitung BMI adalah:
BMI = Berat/Tinggi
Wanita dengan kategori rendah, peningkatan berat badan idealnya saat hamil adalah 12,5 sampai dengan 18 kg. Sedangkan untuk wanita dengan BMI normal, peningkatan berat badan idealnya pada saat hamil adalah 11,5 sampai dengan 16 kg dan untuk wanita dengan BMI yang lain, peningkatan berat badannya antara 7 sampai dengan 11,5. Wanita dengan tinggi badan kurang dari 157 cm kenaikan berat badannya disarankan mendekati batas bawah kenaikan berat badan yang direkomendasikan untuk mengurangi meningkatnya resiko akibat timbulnya komplikasi yang sifatnya mekanis.
2.2. Cara pengukuran Satus Gizi pada Bayi dan Balita
Untuk mengukur status Gizi pada bayi dilakukan dengan mengukur berat dan tinggi per umur sebagai indikator status gizi anak, Dibawah ini akan diuraikan 4 macam cara pengukuran yang sering dipergunakan di bidang gizi masyarakat serta klasifikasinya :
1) Berat Badan Per Umur, meliputi:
a) Gizi lebih (over weight)
b) Gizi baik (well nourished)
c) Gizi kurang (under weight) yang mencakup kekurangan kalori dan protein (KKP)
2) Tinggi Badan menurut umur
Secara terperinci, pengukuran status gizi bayi / anak balita berdasarkan berat dan tinggi badan adalah menggunakan tabel seperti dibawah.
Tabel Berat dan Tinggi Badan Menurut Umur (0-5 Tahun, Jenis Kelamin Tidak Dibedakan)
Umur | Berat (Kg) | Tinggi (Cm) | |||||
Tahun | Bulan | Normal | Kurang | Buruk | Normal | Kurang | Buruk |
Baku | 80% Baku | 60% Baku | Baku | 80% Baku | 60% Baku |
0 - 3,4 2,7 2,0 60,5 43,0 35,0
1 4,3 3,4 2,5 65,0 46,0 38,0
2 5,0 4,0 2,9 68,0 49,0 40,5
3 5,7 4,5 3,4 60,0 51,0 42,0
4 6,3 5,0 3,8 62,0 53,5 43,5
5 6,9 5,5 4,2 64,5 54,5 45,0
6 7,4 5,9 4,5 66,0 56,0 46,0
7 8,0 6,3 4,9 67,5 57,5 47,0
8 8,4 6,7 5,1 62,0 52,0 48,5
9 8,9 7,1 5,3 70,5 60,0 42,5
10 9,3 7,4 5,5 72,0 61,5 50,5
11 9,6 7,7 5,8 73,5 63,0 51,5
1 0 9,9 7,9 6,0 74,5 54,5 52,5
3 10,6 8,5 6,4 78,0 65,5 54,5
6 11,3 9,0 6,8 81,5 70,0 57,0
9 11,9 9,6 7,2 84,5 72,0 60,0
2 0 12,4 9,9 7,5 87,0 74,0 61,0
3 12,9 10,5 7,8 88,5 76,0 62,5
6 13,5 11,2 8,1 92,0 78,0 64,0
9 14,0 11,7 8,4 94,0 80,0 66,5
3 0 14,5 11,9 8,7 96,0 82,0 67,0
3 15,0 12,0 9,0 98,0 83,5 88,5
6 15,5 12,4 9,3 99,5 84,5 70,0
9 16,0 12,9 9,6 101,5 85,5 71,0
4 0 16,5 13,2 9,9 103,5 87,5 72,0
3 17,0 13,6 10,2 105,0 89,5 73,5
6 17,4 14,0 10,6 107,0 90,0 74,5
9 17,9 14,4 10,8 108,0 91,5 75,5
5 0 18,4 14,7 11,0 109,0 92,5 76,0
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Sumber : Puslitbang Gizi, Depkes RI
3) Berat badan menurut tinggi
4) Lingkar Lengan Atas menurut Umur
Pengukuran status gizi bayi / anak berdasarkan lingkar lengan atas secara terperinci adalah menggunakan tabel seperti dibawah.
Tabel Standar Baku Lingkar Lengan Atas (LLA) Menurut Umur
--------------------------------------------------------------
Umur
----------- Standar (Cm) 85% (Cm) 70% (Cm)
Tahun Bulan
--------------------------------------------------------------
0 6-8 14,75 12,50 10,50
0 9-11 15,10 13,25 11,00
1 - 16,00 13,50 11,25
2 - 16,25 13,75 11,50
3 - 16,50 14,00 11,60
4 - 16,75 14,25 11,75
5 - 17,00 14,50 12,00
--------------------------------------------------------------
Sumber : Pedoman Ringkas Pengukuran Antropometri, hal. 18
Cara lain untuk mengukur status gizi pada bayi dan baita baik atau tidak yaitu dengan KMS, berikut ini penulis sertakan grafik pertumbuhan yang tertera pada KMS:
Cara penggunaan :
Sebaik-baik pertumbuhan adalah bila mengikuti arah satu pita. Terutama bila ada di hijau.
1) Cantumkan tanggal pemeriksaan di kotak bagian bawah secara vertikal.
2) Timbang anak. Sebaiknya menggunakan dacin.
3) Beri titik sesuai dengan berat badan dan umur anak.
4) Bulan berikutnya lakukan 1-3. Hubungkan kedua titik. Dan seterusnya,
3 Standar penilaian status Gizi pada Ibu hamil, Bayi dan Balita.
3.1. Standar Penilaian Status Gizi pada Ibu hamil
Kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme energi, karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya meningkat selama kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, pertambahan besarnya organ kandungan, perubahan komposisi dan metabolisme tubuh ibu. Sehingga kekurangan zat gizi tertentu yang diperlukan saat hamil dapat menyebabkan janin tumbuh tidak sempurna.
Bagi ibu hamil, pada dasarnya semua zat gizi memerlukan tambahan, namun yang seringkali menjadi kekurangan adalah energi protein dan beberapa mineral seperti Zat Besi dan Kalsium.
Kebutuhan energi untuk kehamilan yang normal perlu tambahan kira-kira 80.000 kalori selama masa kurang lebih 280 hari. Hal ini berarti perlu tambahan ekstra sebanyak kurang lebih 300 kalori setiap hari selama hamil (Nasution, 1988).
Energi yang tersembunyi dalam protein ditaksir sebanyak 5180 kkal, dan lemak 36.337 Kkal. Agar energi ini bisa ditabung masih dibutuhkan tambahan energi sebanyak 26.244 Kkal, yang digunakan untuk mengubah energi yang terikat dalam makanan menjadi energi yang bisa dimetabolisir. Dengan demikian jumlah total energi yang harus tersedia selama kehamilan adalah 74.537 Kkal, dibulatkan menjadi 80.000 Kkal. Untuk memperoleh besaran energi per hari, hasil penjumlahan ini kemudian dibagi dengan angka 250 (perkiraaan lamanya kehamilan dalam hari) sehingga diperoleh angka 300 Kkal.
Kebutuhan energi pada trimester I meningkat secara minimal. Kemudian sepanjang trimester II dan III kebutuhan energi terus meningkat sampai akhir kehamilan. Energi tambahan selama trimester II diperlukan untuk pemekaran jaringan ibu seperti penambahan volume darah, pertumbuhan uterus, dan payudara, serta penumpukan lemak. Selama trimester III energi tambahan digunakan untuk pertumbuhan janin dan plasenta.
Karena banyaknya perbedaan kebutuhan energi selama hamil, maka WHO menganjurkan jumlah tambahan sebesar 150 Kkal sehari pada trimester I, 350 Kkal sehari pada trimester II dan III. Di Kanada, penambahan untuk trimester I sebesar 100 Kkal dan 300 Kkal untuk trimester II dan III. Sementara di Indonesia berdasarkan Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI tahun 1998 ditentukan angka 285 Kkal perhari selama kehamilan. Angka ini tentunya tidak termasuk penambahan akibat perubahan temperatur ruangan, kegiatan fisik, dan pertumbuhan. Patokan ini berlaku bagi mereka yang tidak merubah kegiatan fisik selama hamil.
Sama halnya dengan energi, kebutuhan wanita hamil akan protein juga meningkat, bahkan mencapai 68 % dari sebelum hamil. Jumlah protein yang harus tersedia sampai akhir kehamilan diperkirakan sebanyak 925 g yang tertimbun dalam jaringan ibu, plasenta, serta janin. Di Indonesia melalui Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI tahun 1998 menganjurkan penambahan protein 12 g/hari selama kehamilan. Dengan demikian dalam satu hari asupan protein dapat mencapai 75-100 g (sekitar 12 % dari jumlah total kalori); atau sekitar 1,3 g/kgBB/hari (gravida mature), 1,5 g/kg BB/hari (usia 15-18 tahun), dan 1,7 g/kg BB/hari (di bawah 15 tahun).
Bahan pangan yang dijadikan sumber protein sebaiknya (2/3 bagian) pangan yang bernilai biologi tinggi, seperti daging tak berlemak, ikan, telur, susu dan hasil olahannya. Protein yang berasal dari tumbuhan (nilai biologinya rendah) cukup 1/3 bagian.
Kenaikan volume darah selama kehamilan akan meningkatkan kebutuhan Fe atau Zat Besi. Jumlah Fe pada bayi baru lahir kira-kira 300 mg dan jumlah yang diperlukan ibu untuk mencegah anemia akibat meningkatnya volume darah adalah 500 mg. Selama kehamilan seorang ibu hamil menyimpan zat besi kurang lebih 1.000 mg termasuk untuk keperluan janin, plasenta dan hemoglobin ibu sendiri. Berdasarkan Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi Tahun 1998, seorang ibu hamil perlu tambahan zat gizi rata-rata 20 mg perhari. Sedangkan kebutuhan sebelum hamil atau pada kondisi normal rata-rata 26 mg per hari (umur 20 - 45 tahun).
3.2. Standar kebutuhan gizi pada bayi dan balita
Standar kebutuhan gizi bayi dan balita yaitu disesuaikan dengan pertumbuhan berat badan bayi dan balita.
· Kalori: 100-120 per kilogram berat badan. Bila berat badan bayi 8 kilogram maka kebutuhannya: 8 x 100 /120 = 800/960 kkal
· Protein: 1,5-2 gram per kilogram berat badan
Bila berat badan bayi 8 kilogram maka kebutuhannya 8 x 1,5/2 = 12/16 ÷ 4 = 3/4 gram
· Karbohidrat: 50-60 persen dari total kebutuhan kalori sehari
Bila kebutuhan kalori sehari 800 kkal, maka 50%-nya = 400/4 = 100 gram
· Lemak: 20 persen dari total kalori
Bila kebutuhan kalori sehari 800 kkal, maka 20%-nya = 160/40 = 4 gram
4 Teknik Pencegahan serta penaggulangan pada kasus Gizi kurang
1) Pencegahan dan penanggulangan dilaksanakan di seluruh kabupaten/kota di Indonesia, sesuai dengan kewenangan wajib dan Standar Pelayanan Minimal (SPM) dengan memperhatikan besaran dan luasnya masalah.
2) Mengembalikan fungsi posyandu dan meningkatkan kembali partisipasi masyarakat dan keluarga dalam memantau tumbuh kembang balita, mengenali dan menanggulangi secara dini balita yang mengalami gangguan pertumbuhan melalui revitalisasi Posyandu
3) Meningkatkan kemampuan petugas, dalam manajemen dan melakukan tatalaksana gizi buruk untuk mendukung fungsi Posyandu yang dikelola oleh masyarakat melalui revitalisasi Puskesmas
4) Menanggulangi secara langsung masalah gizi yang terjadi pada kelompok rawan melalui pemberian intervensi gizi (suplementasi), seperti kapsul Vitamin A, MPASI dan makanan tambahan
5) Mewujudkan keluarga sadar gizi melalui promosi gizi, advokasi dan sosialisasi tentang makanan sehat dan bergizi seimbang dan pola hidup bersih dan sehat
6) Menggalang kerjasama lintas sektor dan kemitraan dengan swasta/dunia usaha dan masyarakat untuk mobilisasi sumberdaya dalam rangka meningkatkan daya beli keluarga untuk menyediakan makanan sehat dan bergizi seimbang
7) Mengaktifkan kembali Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) melalui revitalisasi SKPG dan Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) Gizi Buruk, yang dievaluasi dengan kajian data SKDN yaitu (S)emua balita mendapat (K)artu menuju sehat, (D)itimbang setiap bulan dan berat badan (N)aik, data penyakit dan data pendukung lainnya.
5 Petugas kesehatan yang terlibat dalam pemantauan status Gizi di Desa Gunung Puyuh
Petugas yang terlibat dalam kegiatan pemantauan status gizi di Gunung Puyuh adalah petugas gizi dan kader gizi di posyandu, para bidan, dan petugas kesehatan lingkungan . Hasil pemantauan ini pun dapat diketahui oleh pihak internal yang terlibat adalah petugas gizi, petugas KIA dan Pihak eksternal seperti PLKB, Dinas Pertanian, Dinas Kesehatan, Departemen agama , PKK. Evaluasi dilakukan 1 bulan sekali dalam pertemuan kader gizi. Tindak lanjut dari kegiatan ini yaitu dengan memberikan penyuluhan pada kegiatan Posyandu.
6 Sistem Rujukan dan Kolaborasi untuk kasus Gizi kurang pada Ibu hamil, Bayi dan Balita
Pada kenyataanya di Desa Gunung Puyuh ini tidak ditemukan kasusu gizi kurang yang parah oleh karena itu narasumber tidak dapat memberikan detail teknis pelaksanaan system rujukan serta system kolaborasi untuk kasus Gizi kurang pada ibu hamil, bayi dan balita.
6.1. Pemberian PMT dari pemerintah
Harus disadari bahwa program penanganan dan pencegahan gizi buruk di bidang kesehatan lebih banyak bersifat darurat dan mendesak seperti bantuan pengobatan atau perawatan, pemberian PMT pemulihan dan suplementasi zat gizi. Pada saat bantuan dihentikan, masalah kekurangan gizi akan terjadi lagi karena ketidakmampuan keluarga terkait dengan daya beli dan keadaan ekonomi keluarga.
Menurut Martorell, bahwa investasi di sektor sosial (gizi, kesehatan dan pendidikan) dan ekonomi akan memperbaiki keadaan gizi masyarakat yang merupakan faktor penentu untuk meningkatnya kualitas SDM. Jika kualitas SDM meningkat, maka produktivitas kerja akan meningkat yang selanjutnya keadaan ekonomi akan meningkat. Dengan terjadinya perbaikan ekonomi maka kemiskinan akan berkurang, dan selanjutnya akan meningkatkan keadaan gizi masyarakat.
Dan demikain juga yang terjadi di desa Gunung Puyuh, kader posyandu. Dan bidan setempat mengatakan bahwa sudah dua tahun kebelakang ini pemerintah tidak memberikan bantuan PMT serta susu pada desa tersebut. Para petugas setempat pun tidak mengetahui secara pasti apa alasannya.
Untuk itulah perlu kewaspadaan agar tidak terjadinya gizi buruk yaitu dengan melakukan memantau pertumbuhan berat badan anak dengan menimbang setiap bulan secara teratur sejak bayi sampai umur 5 tahun. Tempatnya di Posyandu dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS). Dengan KMS, Ibu diberitahu bahwa KMS adalah “stetoskop” sang ibu untuk memantau apakah anaknya sehat atau tidak. Ilmu yang diajarkan cukup sederhana yaitu “Anak Sehat Bertambah Umur Tambah Berat Badan” Apabila berat badan anak turun dan tidak bertambah berat badannya selama dua bulan berturut-turut, maka anak perlu diperiksakan ke dokter atau Puskesmas untuk dicari penyebab tidak naiknya berat badan anak. Itulah fungsi pokok kegiatan Posyandu.
Kesimpulan dari hasil Observasi ini yaitu bahwa status gizi ibu hamil, bayi dan balita di Desa Gunung Puyuh baik tidak ditemukan kasus gizi yang kurang bahkan gizi buruk di desa ini. Petugas dari posyandu bekerjasama dengan bidan setempat untuk mnyelidiki hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya gizi kurang.
Cara pengukuran status gizi pada ibu hamil yaitu melalui penimbangan berat badan, lingkar lengan atas pada ibu hamil, dan pada bayi serta balita melalui pemantauan pertumbuhan berat dan tinggi badan yang dapat dilihat melalui KMS.
Ibu hamil membutuhkan energi untuk kehamilan yang normal perlu tambahan kira-kira 80.000 kalori selama masa kurang lebih 280 hari, sedangkan bayi dan balita membutuhkna energy yang dapat disesuiakan dengan berta badan per umur masing-masing.Petugas kesehatan yang terlibat dalam pemantauan status gizi di Desa Gunung Puyuh adalah kader posyandu, bidan, bagian imunisasi, petugas kesehatan lingkungan dan dokter di puskesmas.Untuk system rujukan dan system kolaborasi, dikarenakan di Desa Gunung Puyuh tidak ditemukan kasusu gizi kurang bahkan kasusu gizi lebih maka petugas setempat tidak dapat memberikan bagaimana pelaksanaan teknis sitem kolaborasi dan rujukan. Dan mengenai PMT dari pemerintah menurut penuturanIbu Eit sebagai kader posyandu dan bidan indah Amd.keb didesa Gunung Puyuh suudah 2 tahun belakangan ini desa tersebut tidak mendapatkan bantuan PMT dari pemerintah.
Saran
a) Saran dari penulis untuk petugas kesehatan yaitu bahwa Pemantauan terhadap status gizi harus ditingkatkan agar Desa ini tetap tidak terkena gizi Buruk.
b) saran untuk mahasiswa, bahwa pemantauan gizi itu penting dilakukan karena Ibu hamil, bayi dan balita merupakan kelompok yang rentan sekali dan harus mendapatkan perhatian lebih untuk pemenuhan zat gizi.